Bahasa Fenomena Orang Jepang

Alasan Mengapa Orang Jepang Tidak Bisa Bahasa Inggris

Tegar Rifqiaulian
Desember 21, 2024
0 Komentar
Beranda
Bahasa
Fenomena
Orang Jepang
Alasan Mengapa Orang Jepang Tidak Bisa Bahasa Inggris
Exit
Tanda keluar dengan bahasa Inggris (Image by evening_tao on Freepik)


Seringkali kita mendengar anggapan bahwa orang Jepang kesulitan berbahasa Inggris. Anggapan ini, walau terkesan umum, sebenarnya terlalu menyederhanakan realita yang jauh lebih kompleks. Bukan berarti orang Jepang tidak bisa sama sekali berbahasa Inggris, melainkan kemampuan berbahasa Inggris mereka—rata-rata—lebih rendah dibandingkan negara-negara Barat atau bahkan negara-negara Asia Tenggara tertentu. Untuk memahami mengapa hal ini terjadi, kita perlu menggali lebih dalam, melampaui stereotip dan melihat faktor-faktor yang saling berkaitan dan membentuk situasi tersebut.

Sistem Pendidikan yang Berfokus pada Memori, Bukan Komunikasi

Alasan mengapa orang Jepang tidak bisa bahasa Inggris adalah kurangnya peluang masukan/keluaran. Masukan memiliki peranan penting dalam mempelajari bahasa. Tanpa masukan yang memadai, kemampuan bahasa Inggris seseorang tidak akan meningkat sama sekali. 

Di sisi lain, masukan saja tidak cukup, keluaran juga memiliki peranan penting. Dengan melakukan keluaran, seseorang dapat melihat kesenjangan dalam pengetahuan dan meningkatkan kemampuannya. Pembelajaran bahasa Inggris dapat dilakukan secara lebih efisien dengan berfokus pada keluaran dibandingkan berfokus pada masukan.

[feedposts text="Read Also"/]

Sistem pendidikan di Jepang, selama beberapa dekade, menekankan pada menghafalkan grammar dan kosakata daripada praktek komunikasi langsung. Siswa menghabiskan waktu berjam-jam menghafalkan tata bahasa rumit dan daftar kata yang panjang, namun kurang diberi kesempatan untuk menggunakan bahasa Inggris dalam konteks nyata. Kurikulum seringkali didominasi oleh ujian tertulis yang mengedepankan pemahaman gramatikal daripada kemampuan berbicara atau mendengarkan. Hasilnya, banyak lulusan sekolah Jepang memiliki dasar gramatikal yang kuat di atas kertas, namun kesulitan dalam mengaplikasikannya dalam percakapan sehari-hari. Mereka terbiasa dengan "bahasa Inggris akademik" yang kaku, bukan bahasa Inggris yang hidup dan natural.

Kurangnya Kesempatan Berinteraksi dengan Penutur Asli

Ilustrasi pria dengan orang asing
Ilustrasi pria dengan orang asing 

Berbeda dengan negara-negara yang memiliki akses lebih mudah ke penutur asli bahasa Inggris, Jepang memiliki kesempatan yang relatif terbatas. Meskipun jumlah guru bahasa Inggris di sekolah meningkat, banyak di antara mereka yang bukan penutur asli dan mungkin sendiri kurang fasih. Kurangnya exposure terhadap aksen dan variasi bahasa Inggris yang berbeda membuat siswa kesulitan memahami berbagai dialek dan intonasi. Selain itu, biaya les privat dengan penutur asli cukup tinggi, sehingga tidak semua siswa dapat mengaksesnya. 

[feedposts text="Read Also"/]

Peluang orang Jepang untuk berhubungan dengan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari sangat sedikit. Minimnya kesempatan untuk berinteraksi dengan penutur asli secara informal, seperti melalui pertukaran budaya atau perjalanan ke negara berbahasa Inggris, juga menjadi faktor penghambat. Oleh karena itu, belajar bahasa inggris bagi orang Jepang menjadi sangatlah sulit.

Jarak linguistik bahasa Jepang dan Inggris

Alasan lain orang Jepang tidak bisa bahasa Inggris adalah jarak linguistik bahasa Jepang dan bahasa Inggris yang berjauhan. Bahasa Jepang dan Inggris benar-benar berbeda dalam segala hal mulai dari huruf (kana, kana, kanji, dan alfabet), kosakata, pelafalan, hingga struktur kalimat.

[feedposts text="Read Also"/]

Jika dibandingkan dengan negara lain, misalnya Indonesia tentu memiliki beberapa kemiripan dengan bahasa Inggris. Selain itu, bahasa Indonesia juga menyerap banyak kosakata dari bahasa Inggris yang membuat bahasa Inggris menjadi mudah dipelajari oleh orang Indonesia.

Budaya yang Menekankan Kesopanan dan Menghindari Konflik

Budaya Jepang yang sangat menghargai kesopanan dan menghindari konflik dapat menjadi hambatan dalam pembelajaran bahasa Inggris. Siswa mungkin enggan untuk berbicara karena takut membuat kesalahan dan kehilangan muka. Mereka lebih memilih diam daripada mengambil risiko membuat kesalahan gramatikal atau pengucapan yang dianggap tidak tepat. Hal ini menciptakan lingkaran setan: kurangnya praktek berbicara menyebabkan kurangnya kefasihan, dan rasa takut membuat kesalahan semakin memperkuat kebiasaan diam.

[feedposts text="Read Also"/]

Peran Bahasa Jepang yang Dominan

Salah satu alasan mengapa orang Jepang tidak bisa bahasa Inggris adalah karena mereka tidak membutuhkan bahasa Inggris untuk bertahan hidup di Jepang. Di negara-negara selain Jepang, beberapa buku dan dokumen tidak diterjemahkan ke dalam bahasa ibu sehingga bahasa Inggris menjadi sangat diperlukan. 

Berbeda dengan di Jepang, hampir tidak ada kemungkinan seseorang membutuhkan bahasa selain bahasa Jepang. Orang Jepang mungkin belajar bahasa Inggris karena pekerjaan, namun mungkin akan kesulitan mendapatkan motivasi untuk belajar bahasa Inggris karena merasa tidak membutuhkannya dalam kehidupan nyata.

[feedposts text="Read Also"/]

Bahasa Jepang merupakan bahasa yang sangat kaya dan kompleks, dan fungsinya sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Tidak seperti di negara-negara multibahasa, warga Jepang tidak merasa terdorong untuk menguasai bahasa lain untuk berkomunikasi di dalam negeri. Bahasa Jepang sepenuhnya berfungsi untuk semua aspek kehidupan, dari pendidikan hingga bisnis dan hiburan. Oleh karena itu, motivasi untuk mempelajari bahasa Inggris seringkali kurang kuat dibandingkan dengan negara-negara di mana penguasaan bahasa asing merupakan kebutuhan untuk mobilitas sosial dan ekonomi.

Metodologi Pengajaran yang Tradisional

Meskipun ada upaya modernisasi, metodologi pengajaran bahasa Inggris di Jepang masih terkadang terpaku pada metode tradisional yang kurang efektif. Metode pengajaran yang kurang berfokus pada komunikasi langsung dan lebih pada menghafal aturan tata bahasa seringkali membuat pembelajaran terasa membosankan dan tidak memotivasi siswa. Kurangnya penggunaan teknologi dan media pembelajaran yang interaktif juga dapat membatasi pengalaman belajar siswa.

[feedposts text="Read Also"/]

Persepsi Sosial dan Motivasi

Persepsi sosial tentang kemampuan berbahasa Inggris di Jepang juga berperan. Kemampuan berbahasa Inggris yang tinggi tidak selalu dihargai setinggi di negara-negara lain. Meskipun penting dalam dunia bisnis internasional, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Jepang masih menjadi aset utama dalam banyak sektor pekerjaan. Oleh karena itu, motivasi untuk belajar bahasa Inggris mungkin lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara di mana penguasaan berbahasa Inggris merupakan kunci kesuksesan karier yang signifikan.

Faktor Ekonomi dan Akses

Akses ke sumber daya pembelajaran, termasuk buku teks, perangkat lunak, dan kursus berkualitas, juga bervariasi di Jepang. Meskipun kota-kota besar menawarkan berbagai pilihan, daerah pedesaan mungkin memiliki akses yang lebih terbatas. Biaya hidup yang relatif tinggi di Jepang juga dapat menjadi faktor penghambat bagi banyak orang yang ingin meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka melalui les privat atau kursus intensif.

[feedposts text="Read Also"/]

Kesimpulan

Kemampuan berbahasa Inggris yang relatif rendah di Jepang bukanlah masalah yang disebabkan oleh satu faktor tunggal, melainkan merupakan hasil dari interaksi kompleks antara sistem pendidikan, budaya, ekonomi, dan persepsi sosial. Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris di Jepang, diperlukan pendekatan holistik yang mencakup reformasi kurikulum, peningkatan metode pengajaran, peningkatan akses ke sumber daya pembelajaran, dan peningkatan motivasi dari siswa dan masyarakat secara umum. Melampaui stereotip dan memahami kompleksitas masalah ini merupakan langkah penting untuk menemukan solusi yang efektif dan berkelanjutan. Perlu diingat bahwa generalisasi tentang keseluruhan populasi Jepang tidak adil, karena banyak individu Jepang yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang sangat baik. Namun, rata-rata kemampuannya memang lebih rendah dibandingkan dengan banyak negara lain, dan pemahaman atas faktor-faktor di atas sangat penting untuk mengatasi masalah ini.

Penulis blog

Tegar Rifqiaulian
Tegar Rifqiaulian
Konnichiwa, Tegar desu. Saya suka menulis artikel berkaitan dengan Jepang.

Tidak ada komentar